dead poet society

saya baru saja menyelesaikan sebuah film yang inspirational..
film lama
judulnya "Dead Poet Society"
mengenai kebebasan bercita-cita.

Dimana, didalam sekolah yang orthodox, para siswanya diguide untuk belajar berdasarkan kurikulum sangat rigid dan di guide langsung oleh guru dan orang tuanya untuk menentukan harus menjadi apa mereka kelak?

Masuk kesekolah mana mereka kelak?
Jurusan apa yang mestinya mereka ambil kelak?
Tanpa adanya kebebasan untuk menyuarakan pendapat. Atau bahkan tidak mampu menyuarakan pendapat. Hingga akhirnya sebagian dari mereka mengambil jalan yang mereka anggap lebih mudah daripada menyuarakan pendapatnya. Yaitu bunuh diri.

selama film berlangsung,

saya bertanya-tanya pada diri saya sendiri..

masihkah ada yang seperti “ini” dijaman ini?

masih adakah yang seperti itu?

Masihkah orang tua-mu mendiktekan kepadamu HARUS jadi apa kau nanti?

Jikalau hal yang diHARUSkannya sejalan dengan impianmu, tentu tak akan jadi suatu masalah.

Namun jika hal itu berbeda dengan impianmu?


Tak bisakah kau suarakan pendapatmu?
Tak bisakah kau mengkomunikasikannya?

Dengan jalan yang baik tentunya, dengan perkataan yang lemah lembut yang bisa dimengerti semestinya.

Hal yang sama saya temukan juga di film india, 3 idiots.

Sejak anaknya keluar dari rahim sang ibu, dan menangis mereka sudah menentukan nasib anaknya. Jika anaknya lelaki mereka harus jadi engineer dan jika anaknya perempuan, mereka harus menjadi seorang dokter.

Begitu juga dengan sistem pendidikannya. Para mahasiswa diibaratkan sedang dalam sebuah lomba pacu lari. Siapa yang bisa berhasil menjadi nomer satu. Dialah yang berhasil. Its all about number one.

Sampai suatu saat seorang murid yang memiliki obsesi lain menciptakan suatu helikopter dengan 4 baling-baling menyuarakan pendapatnya pada sang rektor. Apa yang terjadi? Sang rektor bahkan tak melirik sedikitpun hasil karyanya. Hingga ia frustrasi dan gantung diri.

Saya teringat salah satu hadist dari Rasulullah Saw. (allahuma soli’ala muhammad) yang menyatakan bahwa wanita yang ingin dinikahkan oleh ayahnya pun harus ditanyakan kesediaannya.

Begini bunyi hadistnya..
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Nabi Muhammad Saw. Pernah bersabda, “Seorang janda tidak boleh dinikahkan tanpa meminta pendapatnya terlebih dahulu; dan seorang gadis perawan tidak boleh dinikahkan kecuali dengan meminta persetujuannya terlebih dahulu.” Orang-orang bertanya, “Ya Rasulullah! Bagaimana kamu tahu bahwa dia setuju.” Nabi Muhammad Saw. Bersabda. “Diamnya.” (H.R. Bukhari & Muslim).

Hadist yang saya kutip memang menengahi permasalahan pernikahan pada perempuan. Tetapi yang ingin saya bold out disini adalah permasalahan PENDAPAT/OPINI. Bahwa seorang anak juga punya hak untuk menyuarakan pendapatnya. Dan sebagai anak, kita juga mestinya menyuarakan pendapat jikalau apa yang disarankan orang tua tidak mungkin tidak sesuai dengan keinginan kita.

Saya yakin tidak ada orang tua yang ingin anaknya tidak sukses ataupun tidak bahagia. Yang orang tua lakukan itu semata-mata untuk kesuksesan dan kebahagiaan anaknya. Tapi kadang keinginan orang tua tidak sejalan dengan keinginan kita. Disinilah kita mungkin dituntut untuk menyuarakan pendapat kita. Dan sebagai orang tua, mestinya juga mendukung cita-cita sang anak selama cita-cita itu sejalan dengan syariah agama (islam).


Suatu hal yang dipaksakan tidak akan mudah menjalaninya.
Hal ini akan memicu timbulnya stress, beban, lalu menjadi frustrasi bahkan depresi jika kita tidak dapat melakukan penyesuaian diri yang baik (well adjustment).

So, if you dare to dream, you have to be brave to speak out..
Sampaikanlah dengan bahasa yang paling baik, yang bisa dimengerti orang-orang disekitarmu..
Suicide is not even an options..for you who ever try it or even consider about it..

Comments

Post a Comment

Popular Posts